Rabu, 25 November 2015

TUHAN MENGUTUS UTUSANNYA UNTUK MENTAHIRKAN UMATNYA


 


TUHAN MENGUTUS UTUSANNYA UNTUK MENTAHIRKAN UMATNYA
MALEAKHI 3 : 1 – 4
Umat Tuhan sudah menjalani berbagai liku-liku kehidupan, baik suka maupun duka. Dalam liku-liku kehidupan itu, adakalanya mereka merasa begitu dekat dengan Tuhan, tapi terkadang merasa jauh dari Tuhan. Sikap mereka pun terhadap firman Tuhan yang disampaikan para nabi seringkali diabaikan. Mereka bukan umat yang menyenangkan bagi Tuhan. Kini, Tuhan mengarahkan hidup mereka, agar menjadi umat yang menyenangkan hati Tuhan. 
Kehidupan umat Tuhan telah diwarnai oleh hiruk-pikuk nubuat para nabi ; tentang hari Tuhan dan datangnya raja yang adil. Namun, saat Maleakhi menyampaikan firman ini, suasana kehidupan umat Tuhan sedang adem-ayem, sebab hampir tidak ada nabi yang bernubuat. Sementara, umat senantiasa mencari Tuhan ; dimana Tuhan dan kapan Ia datang menyapa umatNya ? Umat membutuhkan jawaban untuk memperteguh imannya. Saat demikianlah Maleakhi menyampaikan nubuat, bahwa Tuhan akan datang menghampiri umatNya. Umat memahami, bahwa Tuhan berada di atas sana. Kini, dalam suasana tenang, Maleakhi menubuatkan kedatangan Tuhan. Dia yang lama dinantikan akan masuk ke Bait Allah. Ia mau datang menampakkan diri, berjumpa dengan umat yang mencariNya. Namun, siapakah yang dapat tahan melihat Tuhan saat datang ? Seberapa kokohkah iman manusia berhadapan dengan Tuhan ? Pertanyaan ini menjadi penting karena umat masih hidup dalam gelimang dosa. Umat berdosa tidak akan tahan berhadapan dengan Tuhan yang maha kudus itu.
Untuk itulah, Tuhan akan menyuruh utusanNya sebagai pendahulu kedatanganNya. Tugas utama utusan adalah mempersiapkan jalan bagi Tuhan, sehingga perjumpaan antara umat dengan Tuhan membawa damai sejahtera. Dalam pertemuan dengan Tuhan hendaknya tidak ada pelanggaran, kejahatan, dan kemunafikan. Inilah tugas utusan, supaya umat mengalami pertobatan.
Benar, umat memang melaksanakan ritual keagamaan ; beribadah dan memberi perpuluhan sebagaimana ketentuan hukum Lewi, namun masih terdapat pelanggaran, kejahatan, dan kemunafikan. Mereka tidak melakukan praktek keagamaan dengan sepenuh hati ; mereka melakukan penyembahan pada Tuhan tetapi juga menyembah allah lain, mereka memberi persembahan tetapi bukan dengan segala ketulusan. Bagi Tuhan ini menjijikkan. (Yesaya 1:13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
Dalam pandangan Maleakhi, pelanggaran dan kemunafikan umat terjadi akibat merosotnya peran Lewi sebagai pembina spiritualitas. Lewi mempunyai tanggung jawab membenahi peribadahan sebagai wadah pembentukan karakter umat. Namun peran dan tanggung jawab ini tidak lagi dilakukan dengan benar. Apalagi para nabi pun sudah tidak banyak lagi menyampaikan nubuatan. Semua ini membuat suasana kehidupan keagamaan tidak lagi dinamis. Oleh sebab itu, Tuhan akan mentahirkan mereka, sehingga mereka senantiasa menyampaikan firman Tuhan dengan tulus, tegar, dan benar. Mereka akan lebih diberdayakan lagi, diberi semangat. Tuhan akan memurnikan mereka seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Melalui proses pemurnian itu, para Lewi akan kembali pada tugas dan panggilannya.
Tuhan akan memurnikan umatNya, agar sungguh-sungguh layak sebagai umat Tuhan. Secara khusus, Maleakhi akan menyoroti dan menjadi ukuran atas pertumbuhan umat melalui persembahan. Umat yang telah dimurnikan Tuhan akan melakukan penyembahan dan persembahan yang benar. Itulah yang menyenangkan hati Tuhan. Sehingga saat kedatangan Tuhan semua telah siap menyambutNya dengan sukacita.
Dalam minggu Advent kedua ini, kita diingatkan akan kedatangan Tuhan. Tuhan menghendaki agar saat kedatangannya, kita dijumpai sebagai umat yang benar, umat yang dapat menyenangkan hati Tuhan. Secara khusus, untuk menyenangkan hati Tuhan, nas ini mengajak kita memberikan persembahan. Persembahan bukanlah sekedar melepaskan sebahagian dari harta kita tetapi melalui rasa syukur kepada Tuhan. Persembahan syukur menjadi benar jika dilakukan dengan : a. membangun hubungan dengan Tuhan. Pertobatan yang terus menerus adalah cara kita membangun hubungan dengan Tuhan. Proses pertobatan akan menghantar kita meninggalkan ketakutan atas dunia ini dan makin mendekatkan diri pada Tuhan. b. bersekutu di dalam gereja Tuhan. Persekutuan di dalam gereja dimulai dengan kehadiran kita dalam berbagai kegiatan Gereja ; Ibadah Minggu, Kebaktian Lingkungan, dan berbagai kegiatan lainnya. Selanjutnya, kita melakukan aturan-aturan gereja sehingga semua berjalan dengan baik. Dengan demikianlah persembahan syukur kita berkenan bagi Tuhan dan akan memberikan sukacita dan kedamaian di dalam hidup kita. AMIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar