TUHAN
MENGUTUS UTUSANNYA UNTUK MENTAHIRKAN UMATNYA
MALEAKHI
3 : 1 – 4
Umat Tuhan sudah menjalani berbagai liku-liku kehidupan, baik suka maupun
duka. Dalam liku-liku kehidupan itu, adakalanya mereka merasa begitu dekat
dengan Tuhan, tapi terkadang merasa jauh dari Tuhan. Sikap mereka pun terhadap
firman Tuhan yang disampaikan para nabi seringkali diabaikan. Mereka bukan umat
yang menyenangkan bagi Tuhan. Kini, Tuhan mengarahkan hidup mereka, agar
menjadi umat yang menyenangkan hati Tuhan.
Kehidupan umat Tuhan telah diwarnai oleh hiruk-pikuk
nubuat para nabi ; tentang hari Tuhan dan datangnya raja yang adil. Namun, saat
Maleakhi menyampaikan firman ini, suasana kehidupan umat Tuhan sedang
adem-ayem, sebab hampir tidak ada nabi yang bernubuat. Sementara, umat
senantiasa mencari Tuhan ; dimana Tuhan dan kapan Ia datang menyapa umatNya ?
Umat membutuhkan jawaban untuk memperteguh imannya. Saat demikianlah Maleakhi
menyampaikan nubuat, bahwa Tuhan akan datang menghampiri umatNya. Umat
memahami, bahwa Tuhan berada di atas sana. Kini, dalam suasana tenang, Maleakhi
menubuatkan kedatangan Tuhan. Dia yang lama dinantikan akan masuk ke Bait
Allah. Ia mau datang menampakkan diri, berjumpa dengan umat yang mencariNya.
Namun, siapakah yang dapat tahan melihat Tuhan saat datang ? Seberapa kokohkah
iman manusia berhadapan dengan Tuhan ? Pertanyaan ini menjadi penting karena
umat masih hidup dalam gelimang dosa. Umat berdosa tidak akan tahan berhadapan
dengan Tuhan yang maha kudus itu.
Untuk itulah, Tuhan akan menyuruh utusanNya sebagai pendahulu
kedatanganNya. Tugas utama utusan adalah mempersiapkan jalan bagi Tuhan,
sehingga perjumpaan antara umat dengan Tuhan membawa damai sejahtera. Dalam
pertemuan dengan Tuhan hendaknya tidak ada pelanggaran, kejahatan, dan
kemunafikan. Inilah tugas utusan, supaya umat mengalami pertobatan.
Benar, umat memang melaksanakan ritual keagamaan ; beribadah dan memberi
perpuluhan sebagaimana ketentuan hukum Lewi, namun masih terdapat pelanggaran,
kejahatan, dan kemunafikan. Mereka tidak melakukan praktek keagamaan dengan
sepenuh hati ; mereka melakukan penyembahan pada Tuhan tetapi juga menyembah
allah lain, mereka memberi persembahan tetapi bukan dengan segala ketulusan.
Bagi Tuhan ini menjijikkan. (Yesaya 1:13)
Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah
kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan
pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh
kejahatan.
Dalam pandangan Maleakhi, pelanggaran dan kemunafikan umat terjadi akibat
merosotnya peran Lewi sebagai pembina spiritualitas. Lewi mempunyai tanggung
jawab membenahi peribadahan sebagai wadah pembentukan karakter umat. Namun
peran dan tanggung jawab ini tidak lagi dilakukan dengan benar. Apalagi para nabi
pun sudah tidak banyak lagi menyampaikan nubuatan. Semua ini membuat suasana
kehidupan keagamaan tidak lagi dinamis. Oleh sebab itu, Tuhan akan mentahirkan
mereka, sehingga mereka senantiasa menyampaikan firman Tuhan dengan tulus,
tegar, dan benar. Mereka akan lebih diberdayakan lagi, diberi semangat. Tuhan
akan memurnikan mereka seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun
tukang penatu. Melalui proses pemurnian itu, para Lewi akan kembali pada tugas
dan panggilannya.
Tuhan akan memurnikan umatNya, agar sungguh-sungguh layak sebagai umat
Tuhan. Secara khusus, Maleakhi akan menyoroti dan menjadi ukuran atas
pertumbuhan umat melalui persembahan. Umat yang telah dimurnikan Tuhan akan
melakukan penyembahan dan persembahan yang benar. Itulah yang menyenangkan hati
Tuhan. Sehingga saat kedatangan Tuhan semua telah siap menyambutNya dengan
sukacita.
Dalam minggu Advent kedua ini, kita diingatkan akan kedatangan Tuhan. Tuhan
menghendaki agar saat kedatangannya, kita dijumpai sebagai umat yang benar,
umat yang dapat menyenangkan hati Tuhan. Secara khusus, untuk menyenangkan hati
Tuhan, nas ini mengajak kita memberikan persembahan. Persembahan bukanlah
sekedar melepaskan sebahagian dari harta kita tetapi melalui rasa syukur kepada
Tuhan. Persembahan syukur menjadi benar jika dilakukan dengan : a. membangun
hubungan dengan Tuhan. Pertobatan yang terus menerus adalah cara kita membangun
hubungan dengan Tuhan. Proses pertobatan akan menghantar kita meninggalkan
ketakutan atas dunia ini dan makin mendekatkan diri pada Tuhan. b. bersekutu di
dalam gereja Tuhan. Persekutuan di dalam gereja dimulai dengan kehadiran kita
dalam berbagai kegiatan Gereja ; Ibadah Minggu, Kebaktian Lingkungan, dan
berbagai kegiatan lainnya. Selanjutnya, kita melakukan aturan-aturan gereja
sehingga semua berjalan dengan baik. Dengan demikianlah persembahan syukur kita
berkenan bagi Tuhan dan akan memberikan sukacita dan kedamaian di dalam hidup
kita. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar