Selasa, 19 April 2011

Like Father Like Son, Lukas 10 : 16

RENUNGAN, RABU 20 APRIL 2011

“Like Father, Like Son”

“Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku, dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” (Lukas 10 : 16)

Jika kita melihat Ungkapan “like father, like son” maka dapat kita mengambil suatu kesimpulan Karakter, sifat, jati diri seorang anak tercipta dari seorang ayah. Oleh sebab itu jika seseorang anak melakukan sesuatu hal maka orang banyak akan memberikan suatu apresiasi dengan mengatakan “Siapakah orangtua/ayahnya”. Dan jika kita melihat dari segi medis maka factor DNA seorang anak dapat ditemukan pada seorang ayah, demikian sebaliknya. Itu sebabnya betapa indahnya jika seorang ayah itu adalah seorang yang baik hati, tetapi betapa sedihnya jika seorang ayah itu yang menyedihkan hati.

Adalah hal yang sangat mengembirakan dan menyenangkan sekali, ketika Tuhan Yesus telah lahir di dunia ini, dan Dia mati di kayu salib serta bangkit dari antara orang mati dan naik ke sorga telah menjadikan kita menjadikan sebagai Anak – anak Kerajaan Allah, hal itu kita terima ketika kita dibaptis. Dengan demikian semua kehidupan, karakter, sifat, dan jati diri Allah ada pada kita. Maka jika kita bertindak, berprilaku, berbicara, bersifat, dll, adalah menunjukkan kita adalah Anak Allah, dan menunjukkan KeAllahan Bapa kita yang di sorga. Itu sebabnya sebagai orang – orang Kristen kita tidak diizinkan untuk saling menyakiti karena pada dirinya Allah terwujudnyata. Bahkan dengan dasar ini tidak ada alasan seorang Kristen untuk dapat berbuat dosa lagi, karena kita bukan anak sifat anak – anak Allah. Satu hal yang menjadi tugas anak – anak Allah memberitakan kerajaan Allah di dunia ini, dan tidak ada alasan untuk tidak melaksanakannya, ketika kita beraktifitas sehari – hari, kita harus ingat bahwa kita memberitakan kerajaan Allah dan Bapa kita yang di Sorga. Karena itu supaya Allah tidak ditolak maka kita harus seperti Allah di dalam kehidupan kita yaitu penuh Kasih.

Senin, 18 April 2011

Sungguh Indah Berbuat Baik

Renungan, Selasa 20 April 2011
Sungguh Indah Berbuat Baik
“Jadi Jika Seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat Baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yakobus 4 : 17)
Suatu ketika di sebuah jalan raya, ada terjadi kecelakaan lalu lintas, di mana sebuah kendaraan roda 4 menambrak kendaraan roda 2, dan ketika itu kendaraan roda 4 tersebut melarikan diri, sebenarnya ada banyak orang melihat kejadian itu, dan menghampiri pengendara roda 2 tersebut, tetapi tapi tidak seorang pun yang mau menolong pengendara tersebut yang keadaan kritis, alasan orang – orang tersebut tidak mau menyentuh atau menolong pengendara itu adalah tidak mau menjadi saksi, dan tidak mau sibuk dipanggil oleh pihak kepolisian, sehingga si pengendara itu akhirnya meninggal di tempat, padahal apabila si pengendara itu ditolong mungkin nyawanya masih ditolong.
Ada banyak kejadian seperti itu terjadi di tengah – tengah kehidupan umat manusia saat ini, sikap egois, individualis telah berakar dan bertumbuh dengan subur, apalagi di zaman yang dikatakan era globalisasi yang berwarna kompetisi. Tetapi apapun alasan manusia saat ini tentang hal tersebut tidaklah dapat membenarkan dirinya untuk egois dan individualis. Karena Tuhan telah menetapkan manusia untuk saling membantu dan menolong sesama manusia karena itu adalah hukum yang utama dan terutama (Lukas 6 : 35 – 36). Oleh karena itulah Tuhan mengatakan kepada umat manusia melalui nats ini, apabila seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. Kita tahu bahwa setiap orang di muka bumi secara asasi tidak pernah berkeinginan untuk jatuh ke dalam dosa, tetapi tidak pernah menyadari bahwa individualis dan egois itu adalah dosa, karena kedua hal tersebut adalah indicator daripada dosa dan itu adalah tembok yang membuat manusia untuk tidak melakukan perbuatan baik. Karena itu jangan mau hidup individualis dan egois, hanya orang yang mencintai nerakalah yang hidup secara egois dan individualis. Dan pada hakikatnya ketika kita berbuat baik, maka sebenarnya kita telah memelihara kehidupan kita dan tubuh kita, hanya orang – orang yang mau berbuat baiklah yang merasakan kehidupan ini sungguh indah, karena telah menikmati indahnya kehidupan sorgawi (bnd. Roma 11 : 36)

Senin, 28 Februari 2011

Renungan Harian_Mazmur 42 : 10

Setiap orang pasti pernah merasakan kesesakan kehidupan, apalagi suasana kehidupan saat ini dari semua dimensi kehidupan manusia mengalami kesesakan kehidupan. Dalam kesesakan hidup ini...yang dicari oleh setiap orang adalah mencari sang penolong. Penolong yang sesungguhnya dalam hidup ini hanya ada pada diri Tuhan Allah sebagai pemilik dunia ini. Sebagai sang Pemilik, Dia tidak akan membiarkan hidupnya mengalami suatu kesesakan yang berlarut - larut. Dan Dia tidak pernah meninggal hidup manusia, yang ada manusia yang selalu meninggalkan Dia.
Dalam nas ini pemazmur merasakan bahwa kondisi kehidupannya sangatlah sesak sekali sehingga nuansanya digambarkan dalam hidup yang berkabung. Tetapi Allah sebagai gunung Batu, tidaklah pernah diam untuk melindungi dan menolong yang berpengharapan kepadaNya, mari datanglah kepadaNya, sekarang jangan tunda...dan jangan mau berada di dalam keberkabungan.